Penulis : R. WAHYUDI SANTOSO
Demi mengangkat setumpuk batangan emas, aku bertarung mati-matian dengan sosok jin. Namun, setelah berhasil yang terjadi justru sangat mengecewakan....
Ketika aku sedang menyaksikan tayangan Dunia Lain di Trans TV, sambil menikmati secangkir kopi ginseng, isteriku memberitahu kalau di luar ada tamu yang ingin bertemu denganku. Aku bergegas. Di ruang tamu kulihat Pak Achmad. Dia sedang membuka-buka koran pagi. Setelah basa-basi sebentar, ia langsung kepada pokok persoalan yang ingin disampaikannya. Dan aku menyimaknya baik-baik.
“Kurang lebihnya begitulah kesimpulannya, Pak. Karena Pak Wahyu yang modalin, berapa pun hasilnya nanti, dia siap membagi sama rata,” Pak Achmad menutup penuturannya.
“Yang saya pikirin bukan itunya. Saya heran, atas dasar apa Bu Chaidar begitu percaya dan yakin kalau di rumahnya ada timbunan harta peninggalan almarhum? Apakah Pak Chaidar itu orang kaya? Atau, salah seorang koruptor, barangkali?” tukasku, ragu.
Sahabatku yang bernama lengkap Achmad Ali itu tersenyum. “Soal itu saya juga tidak tahu. Tapi yang jelas, Bu Chaidir yakin seratus persen kalau harta itu memang ada,” katanya.
Kami memang sudah terbiasa ngobrol dibarengi humor, terkadang sindir sana sindir sini, tetapi topik persoalan tetap berlanjut, seperti halnya malam itu. Setelah menyalakan rokok, Pak Achmad Ali kembali bertutur, “Menurut Bu Chaidar, awal mulanya melalui mimpi. Almarhum suami¬nya yang bilang kalau dia sendiri yang menaruh emas tersebut di bawah lantai ruang tamu. Tetapi dia berpesan kalau ‘tanaman’ itu baru bisa diangkat setelah genap waktunya, dan hanya akan menjadi kenyataan kalau yang meng¬angkatnya adalah seseorang yang berhati lurus. Artinya, nggak bisa dilaksanakan oleh sembarang orang.”
“Berapa banyak jumlahnya?” tanyaku, berubah serius.
“Kalau nggak salah, setelah beberapa kali Bu Chaidar mendatangkan orang pintar ke rumahnya, rata-rata mengatakan ada sekitar 40 batang. Itu menurut mereka. Sedangkan menurut hemat saya, sekiranya Pak Wahyu berkenan, nanti kan bisa diperiksa ulang. Selanjutnya saya serahkan sepenuhnya sama Pak Wahyu. Begitu pesan Bu Chaidar.”
Aku manggut-manggut mendengar cerita yang bernada menggiurkan itu. Sebagai seorang yang dikenal memiliki kemampuan mengangkat harta terpendam dengan kekuatan supranatural, tentu saja aku harus menerima tawaran menarik ini.
Seminggu kemudian, Pak Achmad Ali memperkenalkan aku kepada Ibu Chaidar. Setelah berkenalan dan bisa cepat akrab, wanita di ambang usia senja itu mulai menceritakan ulang ihwal mimpi-mimpinya.
“Kenapa saya begitu yakin bahwa benda itu memang ada, karena mimpi itu terus berulang-ulang datang dalam tidur saya,” katanya.
Malam itu juga aku melaksanakan penerawangan, menembus dunia lain melalui ketajaman mata batinku. Hasilnya? Cukup meyakinkan. Apa yang kulihat tak jauh beda dengan apa yang diceritakan Ibu Chaidar. Di bawah lantai ruang tamu rumah wanita yang telah lama hidup menjanda itu memang terlihatan lantakan emas. Setelah merasa yakin, maka kupastikan langsung hari H untuk ritual pengangkatan.
Selasa malam, 9 Desember 2003, semua sarana sudah tersaji rapi. Antara lain, 7 macam buah-buahan, 7 rupa kembang, 7 macam jajan pasar, sebatang cerutu lengkap dengan kinang bantalan, sepiring nasi putih, seekor ikan mas goreng, sebungkus rokok kretek Gudang Garam Merah, kopi manis dan kopi pahit, teh manis dan teh pahit, segelas air putih, dan sebotol minyak khusus yang biasa dipergunakan untuk melaksanakan upacara ritual semacam ini. Minyak tersebut biasa juga disebut “Minyak Jin.” Harganya jutaan rupiah. Sebab, tanpa menggunakan minyak seperti itu, rasanya sangat tipis kemungkinan akan berhasil dengan lancar dan baik.
Sejumlah orang telah berkumpul di ruang tengah, berdzikir membaca Surat Al-Ikhlas secukupnya. Pengertian secukupnya di sini ialah baru boleh berhenti setelah ada petunjuk dari Pak Nurdin, salah seorang rekanku, yang akan disampaikan melalui aku, dan aku harus langsung memberitahukannya kepada mereka yang berdzikir.
Di kamar khusus yang telah kupadamkan lampunya, hanya ada aku dan Pak Nurdin. Aku terus berinteraksi dan sangat melelahkan. Berdasarkan pendeteksian, jin yang menguasai lantakan emas itu bernama Jin Kucrit. Setelah diadakan dialog, si Kucrit ini itu tidak mau menyerahkan begitu saja apa yang kami minta. Dia tetap bertahan sesuai perintah sang majikan, yaitu sebelum genap hitungan enam tahun sejak benda tersebut ditanam oleh almarhum Pak Chaidar, dia tidak akan menyerahkan kepada siapa pun, kendati kami melaksanakan hajat ini atas permohonan isterinya sendiri.
Cukup lama kami bertarung dengan Jin Kucrit. Hampir satu jam. Pak Nurdin terus mengeluarkan jurus-jurus ampuhnya untuk mengalahkan Jin Kucrit. Si jin tetap bertahan. Dari langit-langit kamar kudengar jelas seperti benda berat saling berjatuhan menimpa kepalaku. Braaakk! Gedebukkkk! Prang! Padahal aku tahu, itu hanyalah pendengaranku saja. Tidak nyata.
Kecuali sosok Jin Kucrit yang memperlihatkan penampakkannya secara jelas. Dia berbadan tinggi besar, hampir mencapai sepuluh meter. Rambut godrongnya memang terlihat dikucir seperti gaya reserse masa kini. Mungkin, karena itulah dinamakan Jin Kucrit. Sepasang kupingnya sebesar telinga gajah. Matanya sebesar lampu sepeda motor, sedangkan bagian dada, tangan dan kakinya ditumbuhi bulu-bulu lebat. Sangat menyeramkan!
Aku bersyukur, karena tak lama kemudian Jin Kucrit menyerah, mengaku kalah, dan berjanji akan menyerahkan semua benda tersebut kepada kami. Ternyata benar. Setelah lampu kunyalakan, batangan emas tersebut sudah tersusun rapi di atas hamparan sajadah, berikut dua buah liontin berbentuk bulat. Yang satu bergambar wanita. Satunya lagi bertuliskan Allah dalam bahasa Arab.
Dari dalam bambu pendek yang terpaksa kupecahkan, terdapat pula gulungan kertas. Isinya mengatakan bahwa liontin bergambar wanita diperuntukkan khusus untuk putri tunggal almarhum Chaidir yang bernama Lena. Sementara liontin bertuliskan Allah untuk isteri tersayangnya, yakni Ibu Chaidar sendiri.
Benda-benda tersebut kemudian kuperlihatkan kepada semua yang hadir di situ. Kulihat mereka tersenyum puas menyaksikan keberhasilan kerja kami. Terutama Ibu Chaidar dan Lena. Mereka nyaris tak berkedip mencermati benda-benda berharga tersebut. Heran, gembira, tetapi terkesan tak percaya pada penglihatan mereka sendiri.
“Betul-betul aneh, tapi nyata. Kok bisa ya benda yang ada di dalam tanah di angkat ke atas, tapi keramiknya enggak ada yang pecah satupun. Benar-benar nggak masuk logika. Tadinya aku paling nggak percaya sama yang beginian,” kata Lena.
“Kalau sekarang gimana?” tanyaku.
“Baru percaya seratus persen. Soalnya ngeliat sendiri, dan di rumah sendiri lagi.”
“Liontinnya boleh Lena pakai. Begitu juga yang buat ibu,” sela Pak Nurdin. “Kalau yang lainnya sebaiknya disimpan saja di tempat yang menurut ibu cukup aman. Kalau ibu mau jual, nanti saja kalau sudah pas waktunya, seperti yang tertulis pada surat wasiat yang ditulis almarhum. Di sini disebutkan, apabila dimanfaatkan sebelum genap waktunya enam tahun, taruhannya adalah nyawa!”.
“Batas waktu itu kapan, Pak?” Lena bertanya lagi.
“Kalau enggak salah tanggal 18 Februari 2004!” jawabku.
Akan tetapi, karena yang disebut manusia selalu saja merasa kekurangan dan tak pernah mensyukuri nikmat Allah, awal Januari 2004 Ibu Chaidar bermaksud menjual 5 batang emas itu. Alasannya, selain terhimpit oleh kebutuhan hidup yang semakin meningkat, juga untuk mengembalikan uang minyak dagangannya yang belum ia setor penuh. Tak enak, katanya. “Sudah dibantu, kok malah ngeberatin yang nolong.”
Apa boleh buat. Aku dan Pak Nurdin merestui. Kebetulan pula pada waktu itu kami sedang butuh uang untuk keperluan serupa. Segera aku melaju ke salah satu toko emas kenalanku di Pasar Agung. Hasilnya?
Sangat mengecewakan sekali. Sungguh! Emas batangan tersebut berubah menjadi kuningan sari. Aku jadi penasaran. Kubawa ke toko lainnya. Namun hasilnya sama. “Sama sekali nggak ada kadar emasnya, Bang. Ini murni kuningan sari,” kata si pemilik toko setelah dua tiga kali mengetes kemurnian emas tersebut.
Celaka tiga belas, pikirku. Setelah Rp. 8 juta terbang dari dompet, kemudian mati-matian bertarung melawan Jin Kucrit, hasilnya hanya kuningan sari. Walaupun masih ada harapan akan sempurna dengan sendirinya apabila tiba waktunya kelak, atau melalui bantuan orang pinter yang memiliki ilmu khusus untuk “menyempurnakan” kuningan sari kepada wujud aslinya, itu kan baru sebatas harapan. Bisa menjadi kenyataan bisa tidak.
Semuanya kuserahkan kepada Yang Maha Kuasa. Namun yang pasti, dari kasus ini aku mendapat pelajaran berharga bahwa kita sebagai manusia hendaknya bisa bersabar dalam menanti sesuatu hal. Ya, kalau saja kami menjual lantakan emas tersebut sesuai dengan waktu yang ditetapkan, mungkin emas itu tidak akan berubah menjadi kuningan sari.
Pelet Bulu perindu media pelet super ampuh pelet Bulu Perindu Pemikat lawan jenis, pengasihan, aura, pelarisan, cepat dapat jodoh,mengembalikan pasangan selingkuh , Bulu Perindu | Buluh Perindu whatsapp 082167480696(aji bagus mesriadi)
Bulu Perindu | Buluh Perindu whatsapp 082167480696(aji bagus mesriadi)
Bulu Perindu | Buluh Perindu
Bulu Perindu | Buluh Perindu whatsapp 082167480696(aji bagus mesriadi)
Kali ini saya akan menjelaskan tentang pelet bulu perindu sukma, bulu perindu sukma adalah media pelet untuk mengembalikan pasangan yang selingkuh, misalnya anda mempunyai pasangan pacar, suami atau istri yang sudah tidak cinta lagi atau cuek, pelit, tidak sayang, maka pelet bulu perindu sukma solusinya.
Dalam pemakian bulu perindu sukma sangatlah mudah anda tidak perlu ritual puasa, bakar menyan dan lain sebagainya, anda juga tidak perlu ketemu dengan target jadi sangat mudah walaupun pasangan anda berada jauh di luar kota atau di luar negri, selain aman dan tanpa epek samping bulu perindu sukma juga dapat di gunakan oleh siapaun tua ataupun muda dan bebas semua agama dan pantangan,
disini akan saya jelaskan sedikit cara pemakaiannya bulu perindu sukma,
Untuk mengembalikan pasangan yang jauh dan tidak cinta lagi sedangkan kamu sudah habis2san dengan si dia, caranya mudah, ambil bulu perindu yang kami berikan letakkan di bawah bantal, kemudian baca mantra yang kami berikan dan sebut namanya, maka target yang anda tuju l;angsung teringat dengat anda, makan tak enak tidur tak nyeyak ingin selalu bertemu dengan anda, maka dari yang terkena pelet bulu perindu sukma akan rindu menagis dengan anda.
Sedangkan cara pemakaian pelet bulu perindu sukma buat pasangan yang sudah tidak harmonis caranya juga sama dengan cara yang di atas, namun jika anda satu rumah dengan target berikan dia air bekas rendaman bulu perindu sukma tapi jangan sampai ketahuan, maka yang telah meminum air rendaman bulu perindu sukma akan semakin cinta dan sayang, satu lagi tidak pelit lagi, Menarik bukan , tunggu apalagi pesan sekarang juga jangan tunggu kegalauan anda semakin berlarut larut bisa tidak enak makan dan tidak enak tidur, galau selamanya.
mahar Pelet Bulu Perindu sukma Adalah 300 ribu untuk tingkat 1 dan untuk tingkat 2 adalah 550 ribu
khusus tingkat 2 adalah bagi mereka yang sudah beruma tangga, atau pernah menikah. dan tingkat 1 khusus yang belum punya pasangan/lajang
sudah termasuk ongkos kirim ke alamat anda.
khusus tingkat 2 adalah bagi mereka yang sudah beruma tangga, atau pernah menikah. dan tingkat 1 khusus yang belum punya pasangan/lajang
sudah termasuk ongkos kirim ke alamat anda.
Untuk pemesanan silakan transfer maharnya ke :
Bank BCA rek 7985057818 atas nama Mesriadi
Bank BNI rek 0200424954 atas nama Mesriadi,
Setelah transfer smskan nama dan alamat lengkap dengan kodepos ke:
Bulu Perindu | Buluh Perindu whatsapp 082167480696(aji bagus mesriadi)
Setelah transfer kami terima paket langsung di kirim melalui
Pos kilat JNE
Dan akan sampai ke alamat anda dalam 3 hari kerja, setelah di kirim nomor resi pengiriman akan kami smskan ke hp anda agar memudahkan anda untuk mengecek keberadaan paket sampai di mana.
wassalam Aji Bagus Mesriadi/Abah Nuwan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar